Senin, 20 Agustus 2012

FB-Interactive Classroom #2 – Mengenal Ruang Kelas Facebook

Setelah kita membuat Ruang Kelas dan menentukan semua anggota dalam kelas tersebut, maka sebaiknya kita mengenal kondisi Ruang kelas tempat kita mengajar, supaya kita dan siswa kita merasa nyaman berada di dalamnya.
Pada Ruang kelas (group) Facebook, terdapat beberapa Menu Tab yang bisa kita gunakan sesuai dengan fungsinya. Menu-menu tersebut adalah :
1. Wall (Group) : Wall (dinding) digunakan untuk memberikan informasi / pengetahuan yang bersifat umum. kita juga bisa melempar sebuah topik diskusi pada bagian ini (Wall) untuk menguji keaktifan siswa pada sebuah kelas (group).
2. About : Pada menu ini kita bisa mengisikan semua informasi tentang Kelas ini, misalnya siapa saja anggotanya, peraturan/tata tertib, atau stuktur organisasi kelas dan seterusnya.
3. Events : Pada pilihan ini kita bisa membuat Jadwal untuk kegiatan tertentu yang sudah kita agendakan sebelumnya. Events ini bertujuan untuk mengingatkan siswa atas agenda yang akan dilaksanakan pada waktu yang sudah ditentukan. Misalnya Agenda untuk Ulangan harian, dan seterusnya..
4. Photos : Bisa kita gunakan untuk menyimpan dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
5. Files : Menu pilihan ini bisa digunakan untuk menyajikan Bahan ajar berupa teks dan gambar bahkan bahan ajar berupa File.

6. Chat : Fasilitas ini digunakan sebagai media berkomunikasi secara online antara guru dan siswa. Fasilitas ini bisa kita gunakan saat kita tidak berada dalam Ruang kelas yang sebenarnya. Sehingga dengan memanfaatkan fasilitas Chat, komunikasi kita dan siswa tentang materi yang sedang disampaikan akan tetap terjaga.
7. Message : Fasilitas untuk mengirimkan pesan dari/untuk anda/siswa, sehingga apabila ada hal yang perlu disampaikan oleh guru/siswa tentang sesuatu yang bersifat rahasia, bisa disampaikan melalui fasilitas ini.
8. Program Aplikasi : Facebook menyediakan berbagai jenis aplikasi yang bisa kita gunakan, misalnya quiz online. Aplikasi ini bisa kita gunakan untuk memberi quiz pada siswa tentang materi yang telah disampaikan. Pemanfaatan Quiz Online pada Facebook akan dibahas kemudian.
Sebaiknya kita mengenalkan ruang kelas kita kepada siswa kita, karena dengan mengenali kondisi ruang kelas tempat kita mengajar, akan membuat kita dan siswa kita merasa seperti di rumah sendiri.

FB-Interactive Classroom #1 – Membuat Ruang Kelas

Pemanfaatan Facebook sebagai media pembelajaran sudah menjadi topik pembahasan / ide yang mencuat sejak 3-4 tahun yang lalu. Namun, pemanfaatan Facebook secara nyata sebagai media pembelajaran masih belum optimal karena beberapa guru masih belum tahu apa yang bisa dilakukan di facebook sebagai media pembelajaran.
Kalau kita biasa mendengar istilah E-Learning yang mengacu pada metode pembelajaran jarah jauh yang memanfaatkan teknologi internet, baik yang berbasis CMS atau LMS. Kini, istilah E-Learning sedikit bergeser menjadi F-Learning atau Facebook Learning atau Pembelajaran berbasis Facebook.
Memanfaatkan E-Learning layaknya E-Learning Moodle untuk mengakses bahan ajar dan ulangan online, juga bisa dilakukan dengan menggunakan Facebook. Dengan kata lain, Facebook bisa digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran, melemparkan topik-topik diskusi, melakukan uji kompetensi siswa, berkomunikasi dengan siswa, bahkan memantau aktifitas siswa dalam memanfaatkan media ajar, secara Real Time.
Keputusan untuk memanfaatkan Facebook sebagai media ajar tentu bukan hal aneh, karena hampir semua guru dan siswa kita mempunyai account facebook dan hampir setiap hari pula mereka mengaksesnya. Kemudahan pengaksesan Facebook yang  tidak hanya bisa diakses melalui Komputer pribadi / laptop, melainkan dengan Ponsel/HP, tanpa batasan ruang dan waktu, tanpa melalui segala kerumitan yang ditawarkan program/sistem E-Learning lain, membuat Facebook menjadi pilihan alternatif pembelajaran jarak jauh.
Mengacu pada sistem E-Learning yang berjalan pada LMS Moodle, maka sebuah Account FB bisa diibaratkan sebagai Course atau Mata Pelajaran. Jadi, seorang guru FISIKA bernama SUPRIYADI, misalnya, bisa terwakili oleh sebuah Akun FB bernama “Fisika Supriyadi“.
Tentu, penggunaan nama akun FB tersebut tergantung pada selera Guru pengampu, asalkan penggunaan akun tersebut telah tersosialisasikan kepada anak didik kita.
Jika dalam Moodle kita mengelompokkan kelas-kelas dalam sebuah Cohort/Group, maka pada F-Learning ini kita juga bisa menggunakan  Group untuk mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelas. Misalnya “KELAS X TKJ – ROMBEL A” atau “KELAS X TKJ – ROMBEL B” atau “Kelas X1, Kelas X2” dan seterusnya, tergantung pada kelas mana saja kita mengajar.
Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang secara pribadi kepada masing-masing siswa pada kelas tersebut untuk melakukan aktifitasnya, pun untuk menghindari aksi saling intip materi pembelajaran/materi ujian oleh siswa dalam kelas (group) lain.
Pada saat membuat Ruang kelas (Group), sekaligus juga bisa dilakukan Assign Roles atau menentukan siapa saja siswa yang bisa menempati / mengikuti kelas-kelas tersebut (Members). Tentu hal ini bisa kita lakukan setelah semua siswa kita terdaftar / menjadi teman kita. Dan, saat itu juga kita bisa menentukan status group tersebut menjadi open, atau closed atau secret.

Apabila kita menginginkan supaya aktivitas dalam group (kelas) hanya bisa dilihat dan diakses oleh siswa/i yang terdaftar di dalamnya, maka Secret adalah pilihan Privacy yang paling tepat.

Jumlah ruang kelas bisa kita buat sesuai dengan jumlah kelas yang kita ajar. Dan jika ruang kelas (group) sudah siap, bisa kita isi dengan materi/bahan ajar.
Namun sebaiknya kita mengenalkan terlebih dahulu kepada siswa/i kita ruang kelas yang akan kita tempati untuk belajar nantinya, supaya guru dan siswa merasa nyaman belajar layaknya berada pada ruang kelas yang sebenarnya.

Jumat, 17 Agustus 2012

Membuat Quiz Interaktif pada Facebook


Untuk membuat quiz interaktif, kita bisa memanfaatkan Aplikasi Quiz pada Facebook. Namun, pada beberapa aplikasi quiz di facebook, terdapat sedikit kendala pada dokumentasi Score kuis.
Maka, Kali ini kita akan membuat kuis interaktif melalui media lain, yang kemudian kita tautkan pada F-Learning kita. Media yang akan kita pilih adalah Aplikasi quiz gratis yang disediakan oleh ProProfs.com.
Tahap pertama yang harus kita lakukan adalah mendaftar pada situs tersebut supaya kita bisa memiliki Account yang nantinya kita gunakan untuk login.
Berikut langkah-langkahnya :
1. Bukalah situs www.proprofs.com, dan Register-lah.
2. Isilah Username, password dan email anda.
3. Jika pendaftaran berhasil, kita bisa langsung membuat kuis dengan mengeklik tombol
4. Pada pilihan Create a new quiz, Pilih Scored quiz dan klik tombol
5. Selanjutnya akan ditampilkan Create a scored quiz. Pada Quiz Title, isilah dengan Judul Kuis anda. Dan pada Quiz Description, isilah dengan deskripsi kuis anda.
6. Pada pilihan Category, pilihlah kategori kuis anda, Misalnya Bussiness, Computers and Tech atau lainnya.
7. Pada Add Questions, pilihlah jenis pertanyaan yang akan anda gunakan, misalnya Multiple choice, Checkboxes, True/False, dan seterusnya.

8. Jika pilihan soal sudah dipilih, Multiple choice misalnya. Selanjutnya ketikkan soal dan pilihan jawabannya.

Untuk menambahkan soal lain, pilih jenis soal yang dimaksud pada Add question (no.7), maka akan ditampilkan form isian untuk soal selanjutnya. Ulangi sampai sejumlah soal yang diinginkan.
9. Jika semua soal sudah dibuat, klik Tombol Save. Maka sebuah kuis dengan soal-soal yang sudah anda buat akan diciptakan.
Keterangan :
Edit questions : Untuk mengedit soal
Edit setting : Untuk  menentukan score kuis, waktu pengerjaan kuis, Jadwal pengerjaan kuis, Nilai ketuntasan, dan seterusnya. Anda juga bisa mengatur format tampilan kuis, memberi header pada kuis, dan menentukan sertifikat ketuntasan.
Copy : Untuk mengcopy kuis
Delete : Untuk menghapus kuis
Preview this quiz : Untuk melihat tampilan sementara kuis anda
Email | Link | Embed | Print | Facebook | Twitter : Untuk menge-share kuis anda
10. Klik Reports & Attempts untuk melihat daftar siswa yang sudah mengakses kuis beserta nilai yang diperoleh.

Langkah selanjutnya adalah menautkan Kuis tersebut pada FB-Learning anda.
1. Copy-lah embed code kuis tersebut dengan cara mengeklik Embed pada Menu Share (no.9).

2. Bukalah Ruang kelas FB anda, dimana kuis tersebut akan ditempatkan, Misalnya Kelas X TKJ – Rombel A.
3. Paste-lah code tersebut pada Wall (dinding) Ruang kelas tersebut.

Dan inilah hasilnya …

Tentu, anda bisa menggunakan Aplikasi kuis yang lain, yang bisa ditempelkan pada Ruang kelas FB anda.
Ayo..Berkreasi dengan Account FB kita.. :D

Kamis, 16 Agustus 2012

Hasil UKG Online : Potret Kualitas Guru Kita?

Uji Kompetensi Guru (UKG) online belakangan ini menjadi trending topic di kalangan guru. Tiap hari hanya membahas UKG, terkadang sampai lupa ngurusi kelas yang mau diajar. Ada yang mengeritik habis-habisan mutu soal UKG, mengumpat tidak karuan atas kelemahan visualisasi soal yang banyak cacatnya, ngomel atas gagalnya koneksi dengan server pusat, dan ketidakpuasan yang lain.
Banyak guru-guru tidak terima dengan nilai akhir yang diperoleh setelah mengerjakan UKG. Standar kelulusan UKG yang dipatok 70 menjadi sesuatu yang terlalu “mewah” dicapai oleh peserta UKG. Rilis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai rata-rata sementara peserta yang telah mengikuti UKG adalah 44,55.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Sulistiyo, mengaku tidak percaya dengan akurasi hasil Uji Kompetensi Guru (UKG). Pasalnya, penyelenggaraan UKG tidak diimbangi dengan persiapan dan pelaksanaan yang optimal.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membantah soal-soal dalam Uji Kompetensi Guru (UKG) bermutu rendah. Semua soal diklaim telah melewati proses matang dari awal penyusunan sampai didistribusikan ke dalam naskah soal (online/manual).
Terus siapa yang benar? Seorang teman penulis, guru IPS, menilai soal-soal UKG yang telah dia kerjakan bermutu bagus, meski dia hanya mendapat nilai 60. Tapi, mengapa banyak guru yang lain, terutama lewat media sosial menuturkan kualitas soal UKG payah.
Mengukur profesionalisme guru hanya dengan UKG online memang kurang bijak. Tapi, instrumen ini oleh Kemendikbud dianggap cara yang praktis untuk memetakan kompetensi guru. Dengan metode apa pun untuk mengukur dan memetakan kompetensi guru pasti ada kelemahan. Pilihan UKG online oleh Kemendikbud untuk mengukur dan memetakan kompetensi guru mestinya dilakukan dengan persiapan cukup. Sehingga, jika waktu sosialisasi sudah cukup memadai, instrumen sarana dan prasarananya bagus, dan kualitas soal bermutu tinggi, tidak ada lagi alasan guru untuk menolak hasil UKG online, apalagi sampai memboikot.
Akhirnya, kita berharap UKG online ini ada bukan sekedar hanya menghabiskan anggaran pendidikan seperti sinyalemen sebagian pemerhati pendidikan, tapi bermuara pada peningkatan kualitas guru. Semoga.

Rabu, 01 Agustus 2012

7 ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK

Kata 'Pedagogik' tidak akan asing di telinga guru, tetapi apakah semua guru memahami apa yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik menjadi salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.

Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Penguasaan Kompetensi Pedagogik disertai dengan profesional akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik.

Kompetensi Pedagogik diperoleh melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Kompetensi Pedagogik yang menjadi salah satu materi yang diujikan dalam peniliaan kinerja guru, terdiri dari 7 aspek. Berikut adalah 7 aspek Kompetensi Pedagogik yang dikutip dari Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru):

1. Mengenal Karakteristik Peserta Didik
Dalam aspek ini guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya. Beberapa indikator yang muncul dari penguasaan karakter peserta didik diantaranya:

  • Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,
  • Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
  • Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
  • Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
  • Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,
  • Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).

2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip‐prinsip Pembelajaran
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dan efektif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang harus tampak dari aspek ini adalah:
  • Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
  • Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
  • Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
  • Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
  • Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
  • Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

3. Mampu Mengembangkan Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan membuat serta menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru akan nampak mampu mengembangkan kurikulum jika:
  • Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
  • Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
  • Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
  • Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.


4. Menciptakan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Indikator dari aspek ini adalah:
  • Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
  • Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
  • Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
  • Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
  • Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,
  • Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
  • Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
  • Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
  • Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
  • Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan
  • Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. Kemampuan mengembangkan postensi peserta didik ini akan nampak jika:
  • Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing.
  • Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐masing.
  • Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
  • Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
  • Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
  • Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
  • Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.


6. Melakukan Komunikasi dengan Peserta Didik
Yang dimaksud adalah guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik. Berikut indikator adalah indikatornya:
  • Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
  • Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
  • Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
  • Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
  • Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
  • Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

7. Menilai dan Mengevaluasi Pembelajaran
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya. Kemampuan dalam aspek ini akan terlihat ketika:
  • Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
  • Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
  • Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
  • Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
  • Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Model, Metode, Strategi, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran

Pendekatan Pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Jadi, Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Sementara Taktik Pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu
Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
H. Agus Maimun. Dosen UIN Malang menulis  Teori Pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang telah diuji kebenarannya melalui pendekatan ilmiah (behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, perilaku sosial/social behavior).
Disain pembelajaran adalah upaya untuk merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran secara sistematis.
Pendekatan pembelajaran adalah muatan-muatan etis-paedagogis yang menyertai  kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual, Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Contoh  : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang berbeda dalam kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan ( Ceramah, tanya jawab, diskusi, dll ).
Model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey, weils, benety, dll)
Kesimpulan
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran  adalah  pembungkus proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh  : model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi  pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-penemuan
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.