JENIS / RAGAM PENELITIAN
- Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Tujuan;
2. Pendekatan;
3. Tempat;
4. Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
5. Bidang ilmu yang diteliti;
6. Taraf Penelitian;
7. Teknik yang digunakan;
8. Keilmiahan;
9. Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;
Juga ada Pembagian secara umum:
- Berdasarkan hasil / alasan yang diperoleh :
1. Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan) : mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
- Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum dsb;
2. Penelitian Eksakta<:Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia, Fisika, Teknik; dsb;
- Berdasarkan Tempat Penelitian :
1. Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
- Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1. Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
- Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah / meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar / tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu :
a. Kemampuan memberikan pengertian ayng jelas tentang masalah yang diteliti:
b. Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat / waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
a) Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;
b) Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
c) Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas
d) Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
e) Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
f) Generalizability : Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
g) Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
h) Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah : Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.
- Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;
- Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yangd ilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan / menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
- Penelitian secara umum :
o Penelitian Survei:
Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
Penelitian ini dapat berupa :
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research : Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.
Uraian berdasarkan data; Teori yang
Data -------- Analisis menjadi konsep dan Hipotesis----- menerangkan
Berdasarkan data data
o Studi Kasus : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit yang menjadi subjek; tujuannya memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang lingkupnya bisa bagian / segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.
o Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian; Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menjediakan kontrol untuk perbandingan.
No. Penggolongan Menurut Jenis/Ragam Penelitian
1. Tujuan a.Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2. Pendekatan a. Longitudinal;
b. Cross-sectional;
c. Kuantitatif;
d. Survei;
e. Assessment;
f. Evaluasi;
g. Action Research;h.
3. Tempat a. Library;
b. Laboratorium’
c. Field
4. Pemakaian a. Pure;
b. Applied
5. Bidang Ilmu a. Pendidikan ;
b. Agama;
c. Manajemen;
d. Komunikasi;
e. Administrasi;
f. Keteknikan;
g. Bahasa;
h. Hukum;
i. Sejarah;
j. Antropologi;
k. Sosiologi;
l. Filsafat;
6. Taraf Penelitian a. Deskriftif;
b. Eksplanasi
7. Saat terjadinya variabel a. Historis;
b. Ekspos-Fakto;
c. Eksperimen
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
1. Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel,
Sumber data sudah mantap, rinci sejak awal
Subjek sampel, sumber data tidak mantap
Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan
2. Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai
Matang ketika persiapan disusun
Baru diketahui denagn mantap dan jelas setelah penelitian selesai
3. Hipotesis (Jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian;
b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan--- a priori
Tidak menegmukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung--- tentatif
Hasil penelitian terbuka
4. Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
Disain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya;
5. Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
6. Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data
TUJUAN PENELITIAN :
Secara umum ada empat tujuan utama :
1.Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu;
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada;
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada;
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)
PERANAN PENELITIAN
1. Pemecahan Masalah : meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan : meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
PERSYARATAN PENELITIAN :
1. Mengikuti konsep ilmiah;
2. Sistematis : Pola tertentu;
3. Terencana :
Penelitian dikatakan baik bila :
1. Purposiveness : Tujuan yang jelas;
2. Exactitude : Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability : Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability : Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence : Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity : Bersifat objektif;
7. Generalization : Berlaku umum;
8. Parismony : Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency : data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata atau ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency : Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.
PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :
Garis besar :
a. Pembuatan rancangan;
b. Pelaksanaan penelitian;
c. Pembuatan laporan penelitian
Bagan arus kegiatan penelitian
1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat emenentukan variabel apa, objeknmya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar
Minggu, 10 Januari 2010
Sabtu, 09 Januari 2010
TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori Belajar Kognitif
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai sebuah proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Menurut mereka tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognitif, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada pemahaman terhadap hubungan – hubunganyang ada didalam suatu situasi. Mereka memberi tekanan pada organisasi pegamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada factor yang mempengaruhi pengematran tersebut.
Teori Kognitif Gestalt
Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hokum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Teori Belajar Cognitive-Field Dari Lewin
Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan lebih penting pada motivasi dari reward.
Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Pada intinya, perkembangan kognitif bergantung kepada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak daapat belajar dari apa yang telah diketahuinya.
Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya
Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan pelajaran yang dipelajarai dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak tersebut. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian atau ahli matematika. Biarkan murid kita menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang mereka mengerti
Teori Belajar Vygostky
Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing – masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas – tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing – masing zone of proximal development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep – konsep dan pemecahan masalah.
Pandangan-Pandangan Teori Kognitif
Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori.
Jenis Pengetahuan
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
• Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
• Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
• Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
Model Pengolahan Informasi
Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.
• Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat terjadi.
• Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini.
• Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.
Sumber:
http://one.indoskripsi.com/node/6629
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/teori-kognitif/
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai sebuah proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Menurut mereka tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognitif, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada pemahaman terhadap hubungan – hubunganyang ada didalam suatu situasi. Mereka memberi tekanan pada organisasi pegamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada factor yang mempengaruhi pengematran tersebut.
Teori Kognitif Gestalt
Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hokum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Teori Belajar Cognitive-Field Dari Lewin
Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan lebih penting pada motivasi dari reward.
Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Pada intinya, perkembangan kognitif bergantung kepada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak daapat belajar dari apa yang telah diketahuinya.
Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya
Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan pelajaran yang dipelajarai dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak tersebut. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian atau ahli matematika. Biarkan murid kita menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang mereka mengerti
Teori Belajar Vygostky
Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing – masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas – tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing – masing zone of proximal development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep – konsep dan pemecahan masalah.
Pandangan-Pandangan Teori Kognitif
Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori.
Jenis Pengetahuan
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
• Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
• Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
• Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
Model Pengolahan Informasi
Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.
• Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat terjadi.
• Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini.
• Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.
Sumber:
http://one.indoskripsi.com/node/6629
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/teori-kognitif/
Jumat, 08 Januari 2010
KEAJAIBAN BERSEDEKAH
Keajaiban Bersedekah
Di bulan ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan ini, tentu kepekaan sosial kita seharusnya kian peka terhadap muslim di sekeliling kita. Belum lama ini kita ketahui bersama saudara-saudara kita di Bengkulu terkena musibah gempa bumi di awal ramadhan. Fenomena musibah bencana alam dan kemiskinan hidup memang suatu persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Salah satunya kita yang dikarunai rezeki, pekerjaan tetap, usaha bisnis yang lancar mulai menyisihkan sebagian harta titipan amanah ini dengan bersedekah, bisa melalui lembaga-lembaga formal LAZ Nasional maupun secara individual pada yang membutuhkan. Keutamaan bersedekah ini disebutkan dalam (QS. Al Baqarah: 261) yang artinya :”Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya Lagi Maha Mengetahui.”
Suatu kejadian hidup saya yang berhubungan dengan sedekah dapat memberikan pelajaran berharga bagi yang mengalaminya, walaupun kejadian ini tidak terjadi di bulan ramadhan. Berikut petikan kisahnya :
Jika kita kehilangan sesuatu, baik barang-barang, dokumen-dokumen berharga ataupun sesuatu yang penting, tentunya membuat kita dongkol maupun jengkel. Hidup memang serangkaian masalah yang tentunya diperlukan kearifan sikap kita menyelesaikan masalah tersebut.
Sayapun jadi teringat film anak-anak dari Iran, yaitu Children of Heaven, (film Iran karya Majid Majidi yang mendapatkan berbagai penghargaan film internasional ) bercerita tentang seorang kakak yang telah menghilangkan sepatu adiknya dan berusaha mencarikan gantinya. Terinspirasi dari film itu, saya pun jadi teringat kisah saya ketika kehilangan sesuatu yang berharga dan digunakan dalam aktifitas keseharian.
Setahun yang lalu waktu istirahat siang, setelah melakukan sholat dzuhur di masjid, tiba-tiba handphone (hp) saya berdering, rekan kerja memberitahukan bahwa motor saya dicuri orang. Sepontan saya terkejut, sambil berlari kecil saya pun ke tempat kejadian di kantor. Suasana tempat kantor saya tiba-tiba menjadi ramai karena rekan-rekan kerja berkumpul membincangkan motor saya yang akan dicuri orang dan berkumpul di lokasi kejadian. Setelah sampai di lokasi, terlihat kendaraan motor saya siap meluncur ke jalan, kebetulan sebelum kejadian, motor diparkir dekat pintu gerbang kantor.
Wajah saya pun pucat pasi, seingat saya motor tadi sudah dikunci, baik kunci biasa maupun kunci ganda di ban depan maupun ban belakang. Astaghfirullah motor mau dicuri, ucap saya dalam hati. Akibat ulah pencuri, semua pengaman motor berupa kunci telah hilang juga dirusak pencuri, yang tinggal hanya kunci pengaman bagian belakang. Setelah tenang, teman-teman menyarankan agar motor segera di bawa ke bengkel motor, agar kunci dapat diperbaiki kembali dan motor dapat digunakan sebagaimana mestinya. Dengan diantar rekan kerja, saya pun berangkat ke bengkel. Sepanjang perjalanan, saya pun bersyukur, mengucapkan Alhamdullilah. Pertolongan Allah masih menaungi hambamu ini, ucapku dalam hati, sembari mengenang keutamaan sedekah dapat menolak bala.
Musibah motor mau hilang ini, mengingatkan saya bahwa sebelum musibah ini terjadi pada saya, ada satu episode hidup yang memberikan pelajaran bagi saya, agar hati-hati dalam menjaga sesuatu. Kisahnya berupa dompet saya dicopet di angkotan kota. Waktu itu kejadiannya berlangsung di pagi hari jam kerja, dengan kebiasaan saya sebelum mempunyai sepeda motor berangkat kerja memakai angkotan kota (angkot), di Bandung angkot jumlah penumpang ada yang harus tujuh-lima, dalam artian berpenumpang tujuh di tempat duduk sebelah kanan, dan kiri berjumlah lima sampai penuh, saya sendiri tak sadar ketika dompet hilang di angkot itu, tersadar waktu turun dari angkot, Astaghfirullah dalam hati. Dengan berusaha ikhtiar untuk mendapatkan kembali, dengan jalan melaporkan kejadian ke kantor polisi. Tentu dibarengi dengan evaluasi diri, mengapa kejadian ini terjadi? Setelah ikhtiar di lakukan tentunya dibarengi dengan dzikir- maupun doa kepada Allah Swt, agar dompet bisa kembali dan tentunya hikmah kejadian tersebut dapat merupakan ujian hidup ataupun kecerobohan saya pribadi.
Satu keajaiaban pun kembali saya alami, dompet yang hilang ternyata ditemukan kembali, kabar itu disampaikan oleh rekan kerja lewat telepon, yang memberitahukan bahwa dompet beserta uang memang sudah hilang akan tetapi surat-surat dan dokumen-dokumen masih ada dan ditemukan di jok kursi depan angkot yang berbeda dengan angkot yang biasa saya pakai. Yang lebih membuat saya takjub, angkot tersebut sedang berada di bengkel karena terkena musibah kecelakaan dan yang menemukan dokumen di dompet yang hilang itu, pekerja yang memperbaiki angkot, seorang bapak-bapak, usianya empat puluh tahunan ke atas. Subhanallah, ternyata beliau menceritakan kronologis kejadian ditemukannya dokumen-dokumen yang hilang. Dengan kejujuran dan kepolosan bapak ini, saya pun tak lupa memberikan sedekah, beliau pun menerima sembari mengucapkan terima kasih, saya pun tersenyum sambil berjabat tangan.
***
Tentu hikmah kejadian-kejadian ini, mengingatkan saya dari sebuah hadis: Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw, bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selama matahari masih terbit. Engkau mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang kau ayunkan untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan aral dari jalan adalah juga sedekah.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).
Di bulan ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan ini, tentu kepekaan sosial kita seharusnya kian peka terhadap muslim di sekeliling kita. Belum lama ini kita ketahui bersama saudara-saudara kita di Bengkulu terkena musibah gempa bumi di awal ramadhan. Fenomena musibah bencana alam dan kemiskinan hidup memang suatu persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Salah satunya kita yang dikarunai rezeki, pekerjaan tetap, usaha bisnis yang lancar mulai menyisihkan sebagian harta titipan amanah ini dengan bersedekah, bisa melalui lembaga-lembaga formal LAZ Nasional maupun secara individual pada yang membutuhkan. Keutamaan bersedekah ini disebutkan dalam (QS. Al Baqarah: 261) yang artinya :”Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya Lagi Maha Mengetahui.”
Suatu kejadian hidup saya yang berhubungan dengan sedekah dapat memberikan pelajaran berharga bagi yang mengalaminya, walaupun kejadian ini tidak terjadi di bulan ramadhan. Berikut petikan kisahnya :
Jika kita kehilangan sesuatu, baik barang-barang, dokumen-dokumen berharga ataupun sesuatu yang penting, tentunya membuat kita dongkol maupun jengkel. Hidup memang serangkaian masalah yang tentunya diperlukan kearifan sikap kita menyelesaikan masalah tersebut.
Sayapun jadi teringat film anak-anak dari Iran, yaitu Children of Heaven, (film Iran karya Majid Majidi yang mendapatkan berbagai penghargaan film internasional ) bercerita tentang seorang kakak yang telah menghilangkan sepatu adiknya dan berusaha mencarikan gantinya. Terinspirasi dari film itu, saya pun jadi teringat kisah saya ketika kehilangan sesuatu yang berharga dan digunakan dalam aktifitas keseharian.
Setahun yang lalu waktu istirahat siang, setelah melakukan sholat dzuhur di masjid, tiba-tiba handphone (hp) saya berdering, rekan kerja memberitahukan bahwa motor saya dicuri orang. Sepontan saya terkejut, sambil berlari kecil saya pun ke tempat kejadian di kantor. Suasana tempat kantor saya tiba-tiba menjadi ramai karena rekan-rekan kerja berkumpul membincangkan motor saya yang akan dicuri orang dan berkumpul di lokasi kejadian. Setelah sampai di lokasi, terlihat kendaraan motor saya siap meluncur ke jalan, kebetulan sebelum kejadian, motor diparkir dekat pintu gerbang kantor.
Wajah saya pun pucat pasi, seingat saya motor tadi sudah dikunci, baik kunci biasa maupun kunci ganda di ban depan maupun ban belakang. Astaghfirullah motor mau dicuri, ucap saya dalam hati. Akibat ulah pencuri, semua pengaman motor berupa kunci telah hilang juga dirusak pencuri, yang tinggal hanya kunci pengaman bagian belakang. Setelah tenang, teman-teman menyarankan agar motor segera di bawa ke bengkel motor, agar kunci dapat diperbaiki kembali dan motor dapat digunakan sebagaimana mestinya. Dengan diantar rekan kerja, saya pun berangkat ke bengkel. Sepanjang perjalanan, saya pun bersyukur, mengucapkan Alhamdullilah. Pertolongan Allah masih menaungi hambamu ini, ucapku dalam hati, sembari mengenang keutamaan sedekah dapat menolak bala.
Musibah motor mau hilang ini, mengingatkan saya bahwa sebelum musibah ini terjadi pada saya, ada satu episode hidup yang memberikan pelajaran bagi saya, agar hati-hati dalam menjaga sesuatu. Kisahnya berupa dompet saya dicopet di angkotan kota. Waktu itu kejadiannya berlangsung di pagi hari jam kerja, dengan kebiasaan saya sebelum mempunyai sepeda motor berangkat kerja memakai angkotan kota (angkot), di Bandung angkot jumlah penumpang ada yang harus tujuh-lima, dalam artian berpenumpang tujuh di tempat duduk sebelah kanan, dan kiri berjumlah lima sampai penuh, saya sendiri tak sadar ketika dompet hilang di angkot itu, tersadar waktu turun dari angkot, Astaghfirullah dalam hati. Dengan berusaha ikhtiar untuk mendapatkan kembali, dengan jalan melaporkan kejadian ke kantor polisi. Tentu dibarengi dengan evaluasi diri, mengapa kejadian ini terjadi? Setelah ikhtiar di lakukan tentunya dibarengi dengan dzikir- maupun doa kepada Allah Swt, agar dompet bisa kembali dan tentunya hikmah kejadian tersebut dapat merupakan ujian hidup ataupun kecerobohan saya pribadi.
Satu keajaiaban pun kembali saya alami, dompet yang hilang ternyata ditemukan kembali, kabar itu disampaikan oleh rekan kerja lewat telepon, yang memberitahukan bahwa dompet beserta uang memang sudah hilang akan tetapi surat-surat dan dokumen-dokumen masih ada dan ditemukan di jok kursi depan angkot yang berbeda dengan angkot yang biasa saya pakai. Yang lebih membuat saya takjub, angkot tersebut sedang berada di bengkel karena terkena musibah kecelakaan dan yang menemukan dokumen di dompet yang hilang itu, pekerja yang memperbaiki angkot, seorang bapak-bapak, usianya empat puluh tahunan ke atas. Subhanallah, ternyata beliau menceritakan kronologis kejadian ditemukannya dokumen-dokumen yang hilang. Dengan kejujuran dan kepolosan bapak ini, saya pun tak lupa memberikan sedekah, beliau pun menerima sembari mengucapkan terima kasih, saya pun tersenyum sambil berjabat tangan.
***
Tentu hikmah kejadian-kejadian ini, mengingatkan saya dari sebuah hadis: Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw, bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selama matahari masih terbit. Engkau mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong seseorang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang kau ayunkan untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan aral dari jalan adalah juga sedekah.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).
Langganan:
Postingan (Atom)