Banjir yang selalu terjadi di kota Samarinda secara langsung atau
tidak langsung mengganggu pembangunan daerah. Karena itu perlu ada
langkah-langkah serius untuk mengatasinya sehingga pembangunan Samarinda
bisa berjalan sesuai harapan.
Sejauh ini Pemerintah Kota
Samarinda, dengan dukungan Pemprop Kaltim dan pemerintah pusat telah
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan banjir tersebut.
Komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam
mengimplementasikan program pengendalian banjir kota Samarinda perlu
diwujudkan secara tepat dan cepat sebagai tindakan awal yang
berkelanjutan untuk mengatasi persoalan banjir di Samarinda.
Melihat
kondisi itu Wakil Walikota Samarinda yang juga Pembina FORMAS SJ
mencoba menawarkan 9 langkah untuk mengatasi masalah banjir di Samarinda
yang diantaranya adalah relokasi pemukiman Sungai Karang Mumus (SKM),
daerah rawan banjir terbesar Samarinda terdapat di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sungai Karang Mumus. “Ini (relokasi,red) harus jadi langkah
prioritas,” tegas Syaharie Jaang pada acara Presentasi 9 Langkah
Syaharie Jaang mengendalikan Banjir kota Samarinda sekaligus pelantikan
Pengurus FORMAS SJ di Gedung Guang Dong Samarinda, Sabtu (30/5).
Langkah berikutnya adalah pemeliharaan dan normalisasi alur sungai.
Menurunya kapasitas aliran alur sungai merupakan salah satu penyebab
meluasnya dareah genangan air, oleh sebab itu penurapan dan normalisasi
SKM. Selanjutnya langkah ketiga melakukan penanganan secara tepat
daerah resapan air. Luapan banjir juga disebabkan berkurangnya retensi
daerah-daerah resapan air, sehingga perlu dilakukan kembali atau
memfungsikan kembali daerah rawa (revitalisasi rawa) seperti di daerah
Pampang, Bengkuring, Bayur, Damanhuri, Gunung Lingai, Sampaja, Palaran
dan Simpang Pasir.
Langkah keempat memperketat perijinan
pertambangan, peninjauan kembali ijin pertambangan di bawah kewenangan
Pemkot serta pengawasan dan evaluasi lingkungan. Langkah kelima
penghijauan kembali pada daerah-daerah kritis, akibat menurunya kualitas
vegetasi tutupan lahan pada sub-sub DAS kota Samarinda mengakibatkan
meluasnya daerah rawan banjir. Gerakan ini telah dilakukan Pemkot
bekerjasama dengan GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air)
yang dilakukan secara bertahap untuk daerah Gunung Batu Cermin,
Bengkuring dan Bayur. Langkah ke enam pembangunan system pompanisasi dan
pintu air secara topografi 36,20% wilayah kota Samarinda mempunyai
kemiringan lahan yang cukup landai antara 0 hingga 2 persen, karena itu
selain pembangunan pintu air dan pompa banjir di outlet-outlet anak SKM
(8 lokasi), Karang Asam besar dan Karang Asam Kecil.
Langkah
ketujuh menyiapkan pompa banjir Mobile di daerah rawan banjir, pompa
banjir yang mudah dibawa ke lokasi-lokasi rawan banjir untuk
mempercepat penurunan muka air banjir atau genangan. Langkah ke delapan
pembangunan bendungan pengendali banjir folder dan peningkatan kapasitas
bendungan Benanga, Pemkot dan Pemprov serta Pemerintah Pusat akan
membangun waduk pengendali banjir, kolam retensi, folder, revitalisasi
rawa dan peningkatan kapasitas bendungan Benanga.
Langkah
kesembilan pemeliharaan dan pembersihan drainase atau saluran air di
daerah pemukiman dan kota, perlu adanya peningkatan kapasitas aluran
drainase yang ada dalam bentuk kegiatan pemeliharaan dan pembersihan
saluran dari sedimentasi dan sampah terutama di daerah pemukiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar