Aku masih terdiam, menikmati setiap detik waktu yang kulalui
bersamanya. Terasa Indah. Bahagia rasanya, jika setiap hari aku bisa
duduk bersamanya di sini. Yah… Di taman ini, seperti saat ini.
Pandu,
cowok yang hampir 2 tahun jadi pacarku itu, kembali menggenggam
tanganku, erat. Namun aku tetap diam, tak bergeming. Aku terus
memandang lurus ke atas. Menatap iri pada sepasang merpati putih, yang
kini tengah terbang… tinggi… lepas… bebas… dan selalu bersama…
“
Merpati itu… selalu bersama ya?? pasti bahagia” Pandu tiba-tiba berujar
pelan. Aku ngga nyangka, ternyata dari tadi dia juga merhatiin sepasang
merpati itu ya…
“ kapan ya kita bisa kayak mereka? Terbang lepas, bebas, ke ujung dunia” Tanyaku, lirih. Mungkin malah nyaris tak terdengar.
“
Mungkin suatu saat nanti…” jawabnya, lembut. Cowok itu kemudian
menatapku, lekat. Dan aku… kembali menemukan keteduhan didalam sepasang
mata itu. Lalu tiba-tiba, ia berujar pelan…
“ Neva… bisa tolong pejamin mata kamu sekarang?”
“ kenapa harus pejamin mata?” tanyaku, heran.
“
please… kali ini aja. Pejamin mata kamu” Pandu tersenyum manis. Hemh…
senyum itu. Rasanya aku memang ngga akan pernah bisa nolak, jika senyum
itu mulai tersungging. Akhirnya… aku memenjamkan mata…
Gelap…sunyi..
tapi aku masih bisa merasakan hembusan angin yang perlahan mulai
menerpa wajahku, dan masih bisa mendengar kepakan sayap sepasang
merpati yang kini mungkin telah terbang tinggi itu.
“ sekarang kamu
boleh buka mata…” Suara Pandu yang serak seolah mengomandaniku untuk
membuka mata. Perlahan, aku membuka kedua kelopak mataku. Dan… kini aku
kembali terdiam. Saat melihat seseorang yang aku sayangi, kini
tersenyum lembut, seraya menyodorkan sebuah cincin indah dengan ukiran
namaku di atasnya.
“ Va, mau ngga tunangan sama aku? Sekarang.
Sepasang merpati itu yang akan jadi saksi kebersamaan kita…” Tuturnya
pelan. Ia lalu mendongak ke atas. Menyadarkanku, bahwa sepasang merpati
itu masih disini, masih bersama disini.
Lagi-lagi aku terdiam
sejenak. Aku bahagia saat ini. Seekor kupu-kupu nampaknya telah terbang
mengitari hatiku yang kini penuh bunga. Pandu… aku juga ingin kita
kayak merpati itu. Dan lalu, aku mengangguk pelan.
Mungkin wajahku
kini mulai merona bahagia. Pandu, aku mulai menatapnya, lekat.
Senyumnya yang tadi sempat memudar, mulai kembali mengembang. Matanya
nampak penuh dengan kebahagiaan. Lalu kemudian, perlahan ia memasangkan
cincin itu di jariku. Indah...
“ Makasih Neva…aku sayang kamu…” ia mengusap tanganku, lembut.
“
Aku juga sayang kamu…” Tiba-tiba merpati itu terbang turun, lalu
hinggap di lenganku. Aku sama sekali ngga percaya… Tapi, apa mungkin
ini yang namanya keajaiban cinta?? Kemudian aku mengelus sayap
putihnya, lalu berjar pelan…
“ Merpati… meski tak sebebas kalian. Tapi saat ini kita bahagia…”
menarik juga nih, blog guru kimia ada cerpennya..
BalasHapussalam kenal