Masa Kecil Barack Obama di Jakarta, Diceriterakan Teman Mainnya
Saya (Wimar Witoelar-red)
termasuk orang yang senang mengikuti peristiwa-peristiwa di luar negeri
selain dalam negeri. Di Amerika sekarang ada peristiwa yang selain asyik
juga penting yaitu pemilihan presiden Amerika Serikat yang sudah
mencapai tahap dimana hanya ada dua calon. Partai Republik mencalonkan
John McCain dan Partai Demokrat mencalonkan Barack Obama. Nah, keunikan
Barack Obama adalah dia pernah tinggal selama empat tahun di Indonesia
semasa kecil. Kita sangat beruntung bisa bertemu salah satu dari teman
Barack Obama yang dulu dipanggil Barry Soetoro karena ayah tirinya
bernama Lolo Soetoro dan ibunya bernama Stanley Ann Dunham. Saat ini ada
sekelompok orang yang sekarang sering tampil untuk bercerita mengenai
masa kecil mereka dengan Barack Obama, yang sering terkena pemberitaan
tidak benar. Kelompok ini bisa memberikan kesaksian yang sangat benar.
Jadi kini kami menghadirkan Rully Dasaad, salah satu teman Barack Obama.
Rully Dasaad mengungkapkan kawan-kawannya sewaktu SD
rata-rata bangga karena Barack Obama pernah menjadi bagian dari hidup
mereka sewaktu kecil. Pada saat itu pendidikan di SD Besuki sangat
bagus, benar-benar kebhinnekaan. Setiap hari Senin mereka juga membaca
Pancasila, berbaris masuk kelas. Obama pun ikut membacanya, dia
mengetahui apa arti Pancasila. Rully sebetulnya agak kaget Obama
mempunyai slogan: change, believe. Slogan itu menyangkut
keadilan, kebhinnekaan, antara ras dan agama, keadilan politik bagi
setiap bangsa. Itu ada di Pancasila kita yang saat itu setiap hari Senin
dibaca.
Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Rully Dasaad.
Bagaimana awal Anda bertemu dengan Barack Obama
semasa kecil?
Kami ingat pada tahun 1970 Barry datang dikenalkan
oleh wakil kepala sekolah dan guru kelas kami sebagai murid baru bernama
Barry Soetoro dari Hawaii. Dia datang dengan mamanya yang seorang bule
putih dan ayah tirinya Pak Soetoro yang berseragam Tentara Nasional
Indonesia (TNI) hijau. Kita sempat bingung juga kok ada bule setengah
negro. Tapi kita sebagai anak-anak tidak mempunyai interest untuk
mencari tahu secara detil. Kita cuma beranggapan orang Hawaii seperti
dia bentuk tubuhnya. Pada awalnya dia malu karena masih menyesuaikan
diri. Saya bisa lihat dia sebenarnya anak mami. Itu terlihat sekali
karena Barry awalnya malu bernyanyi dan malu berinteraksi. Dalam
beberapa hal, dia mendapat satu pengecualian saat itu supaya betah dulu
di kelas.
Apakah Barry lancar berbicara bahasa Indonesia?
Dia mengerti bahasa Indonesia. Di kelas kalau Pak
guru berbicara terlalu cepat, ia akan bertanya apa maksudnya. Di kursi
depan dia kebetulan ada Sandra Sambuaga dan sebelah kanannya ada Oetoyo
Oesman, dia akan bertanya kalau tidak mengerti.
Terus terang saja SD Besuki itu sekolah elit di
daerah Menteng, Jakarta Pusat dan saya mendengar banyak orang terkemuka
di sana. Betulkah?
Iya, memang saat itu di sana banyak anak pejabat
pemerintah, orang-orang middle class ke atas.
Jadi Barry sudah terbiasa dengan lingkungan yang middle
class ke atas?
Iya betul. Jadi saat itu di kelas kita terdiri atas
murid yang orang tuanya pejabat tinggi, pejabat pemerintah, businessman,
dokter terkenal, dan bankir seperti Nyoman Moena yang anaknya sekolah
di situ.
Sampai kapan Anda bersekolah di sana bersama Barack
Obama?
Sejak tahun 1972 atau masuk kelas lima, saya sudah
tidak pernah melihat lagi Barack Obama.
Kita ingin tahu iseng-iseng yang detil dari Barack
Obama. Bagaimana Barry kalau pergi ke sekolah, apa kendaraan yang
mengantarnya?
Pernah beberapa kali saya melihat dia dibonceng
motor, kadang-kadang naik mobil, atau juga dititip dengan kawannya Hardi
Surya yang sekarang di Bali. Paling sering diantar jemput pulang.
Apakah ibunya suka datang?
Suka. Saya bersahabat dengan Widianto teman
sebangkunya. Saya suka mengajak Widianto dan Barry main ke rumah, tapi
Barry selalu tidak bisa karena sepertinya dia harus pulang tepat waktu.
Wah anak mami dong?
Iya, karena itu saya menyebut dia anak mami.
Kalau jam istirahat, apa permainan dia?
Wah dia itu tidak bisa diam. Kita selalu main kalau
jam istirahat, main petak gebok yang merupakan favoritnya, main gundu
juga, gasing, dan mainan tradisional anak-anak saat itu.
Apakah dia kompetitif kalau bermain?
Dia selalu main fair dan tidak suka dicurangi.
Apakah dia suka berantem?
Dia tidak suka berantem. Dia memang terlihat berbadan
bongsor, chubby begitu tapi hatinya baik.
Saya tertarik berbagai segi Barack Obama karena
mengikuti dia dari berbagai publisitas. Katanya, dia dekat dengan ibunya
yang remarkable woman dan sewaktu di konvensi Partai Demokrat
juga diceritakan figur Ibu Obama. Bagaimana kesan Anda mengenai ibunya,
Stanley Ann Dunham?
Dari awal kita melihat bahwa dia itu anak mami. Dia
benar-benar seorang anak yang sempurna dibesarkan dengan banyak love
and affection. Dia banyak tahu tentang Indonesia, itu berdasarkan
yang saya baca dari buku terakhirnya. Dia cerita tentang Indonesia, dia
pernah ke Bali. Dia mengatakan, "Saya takut negara ini menjadi negara
asing karena sudah banyak berubah." Ternyata, ibunya sampai tahun 1983
masih tetap balik ke Indonesia. Sejak pisah dari bapaknya pada tahun
1972, ibunya mengunjungi Indonesia dalam rangka kerja di Indonesia untuk
lembaga swadaya masyarakat (Non-Governmental Organization – NGO)
yang dibiayai oleh USAID. Ibunya banyak membimbing ibu-ibu di desa
untuk hidup lebih civilized.
Di masa itu dia juga pernah bekerja untuk Ford
Foundation dan ikut mengurus lahirnya Walhi (Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia). Dia memang sangat terlibat dalam kehidupan di Indonesia.
Betul, boleh dikatakan ibunya itu sangat pencinta
Indonesia, negara kedua setelah negaranya. Stanley Ann Dunham
mengajarkan wanita di Indonesia cara hidup yang benar, civilized,
menyumbangkan mesin jahit, membimbing, dan lain-lain sampai dengan
tahun 1983. Barry banyak di-update mengenai Indonesia oleh
ibunya.
Walaupun dia tinggal di Hawaii dengan neneknya?
Nah, saya juga mengetahuinya setelah membaca bukunya
bahwa dia mengetahui juga tentang Soeharto, dan lain-lain. Darimana dia
tahu padahal dia sudah pergi dari Indonesia sejak tahun 1972? Jadi semua
bisa melihat kalau inspirasi ibunya sangat kuat. Sewaktu dia berpidato
di konvensi Partai Demokrat, pidatonya dikaitkan dengan pengalaman
hidupnya. Misalnya, mengenai kesehatan terkait sewaktu ibunya terkena
kanker, yaitu bagaimana asuransinya, bagaimana kebijakan
pemerintah saat itu. Karena itu saya percaya pembentukan jiwa dia itu
banyak karena pengalaman hidup. Seperti saya, pengalaman hidup saat itu
banyak membentuk jiwa saya pada saat ini.
Kalau pembaca ingat, kita juga sewaktu umur 7 - 12
tahun barangkali merasa anak kecil tapi banyak sekali nilai kita yang
terbentuk saat itu, apalagi urusan dengan sentimen segala macam. Mengapa
di Amerika ini walau sekarang tidak terlalu tapi pada awalnya suka ada
kampanye hitam mencoba menggambarkan Barack Obama sebagai orang yang
ikut Islam radikal, atau paling tidak dibilang orang Islam karena nama
tengahnya Husein sehingga dikatakan sama dengan Saddam Husein, padahal
tidak ada hubungannya. Setahu saya, di Indonesia dia sebelum di sekolah
dasar (SD) yang negeri tadi, dia bersekolah di sekolah Katolik. Lalu
mengapa dia dikatakan ikut Islam radikal?
Sejak pamor Obama naik sehabis konvensi Partai
Demokrat pada tahun 2004 datang beberapa orang ke Indonesia ingin
mengetahui latar belakang dia. Mereka melihat sekolah kita ada
mushollanya dan kalau hari Jumat yang muslim memakai peci. Padahal zaman
saya, hal itu tidak begitu. Musholla itu baru dibangun tahun 2003. Di
kelas Obama pada waktu itu ada yang dari Jawa sampai etnis Cina. Agama
juga ada yang Konghucu, Budha, Katholik, Kristen, Islam, sampai Hindu
pun ada yaitu anak Pak Nyoman Moena yang bankir. Dia belajar
berinteraksi dari kecil sebenarnya. Dia bertanya sama kawan kita Sandra
Sambuaga yang beragama kristen, "Sandra kok kamu sembahyangnya begitu?
Islam kok begitu?"
Dia belum ada pengalaman agama langsung pada waktu
itu karena memang ibunya tidak banyak menyampaikannya, bahkan ibunya
tercatat sebagai orang yang punya believe, kemanusiaan yang
universal, tapi tidak belong to any particular religion?
Pembentukan jiwa dia itu sangat bagus sekali, bukan
karena sama dengan saya. Pada saat itu pendidikan di SD Besuki sangat
bagus, benar-benar kebhinnekaan. Karena itu sampai sekarang saya
memandang semua orang sama, walaupun sopir tapi bagi saya tidak ada
bedanya dengan direktur advertising.
Saya kira-kiranya juga begitu karena kebetulan dulu
tinggal di lingkungan dekat SD Besuki yaitu di jalan Cimahi, sedangkan
sekolah saya di jalan Cilacap sehingga kira-kira sama lingkungannya.
Apakah Obama juga membaca Pancasila dan ikut upacara bendera di sekolah?
Setiap hari Senin kita membaca Pancasila, berbaris
masuk kelas. Barry pun ikut membacanya, dia mengetahui apa arti
Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa maksudnya Tuhan itu hanya satu. Saya
sebetulnya agak kaget dia mempunyai slogan: change, believe.
Slogan itu menyangkut keadilan, kebhinnekaan, antara ras dan agama,
keadilan politik bagi setiap bangsa. Itu ada di Pancasila kita yang
setiap hari Senin dia baca.
Pembicaraan dengan Rully Dasaad mengenai Barack Obama
ternyata bukan hanya cerita masa lalu, tapi banyak hal-hal yang saya
kira menggelitik kita untuk menelusurinya. Misalnya, Barack Obama berada
di Indonesia pada satu zaman dimana menjadi elit itu bukan menjadi
suatu yang harus memberikan jarak pada orang lain. Di SD Besuki, anak
orang kaya, anak pejabat itu tidak sombong, tidak bermusuhan. Semua
rata. Juga pengertian agama yang berbeda, suku yang berbeda antara orang
keturunan China dan Indonesia, menarik sekali. Kalau saya menjadi Anda
tentu suatu saat ingin mengetahui sampai mana dia masih ingat Indonesia,
apakah ada atau tidak keinginan untuk menyambung komunikasi lagi dengan
Barack Obama?
Dia sudah mengetahuinya. Pada awal wartawan asing
datang ke Indonesia dan bertanya soal dia, kita melihat kok ini ada
unsur dipolitisasi, kok ada urusan agama, black campaign, dan ini
sudah tidak lucu lagi, mencari sensasi. Sampai akhirnya saya menyadari
dan mengatakan kepada teman-teman semua, "Ayo kita dukung dia, kita
kumpul membuat solidarity action untuk dia, kita foto bersama dan
dukung dia." Hasil foto itu dibuat sangat kreatif diproses secara digital
imaging, jadi semua membawa album.
Kapan membuat foto itu?
Tanggal 1 Maret 2008.
Jadi sudah dengan teknologi yang sekarang?
Ya, saya mengirimkannya ke dia. Setelah lima minggu
ada balasan email dari Executive Assistant Senator Obama di Senat Office
Washington, namanya Ashley Tate Gilmore. Dia mengatakan, "Terima kasih
dan saya akan sampaikan ini ke Senator Obama, please feel free to
contact me if you have anything untuk disampaikan." Saya jawab lagi,
"Ok Ashley thank you, saya mengetahui dia mempunyai kesibukan luar
biasa, jadi whenever he has time...."
Pada saat ini saya yakin dia tidak akan menjawabnya
sebab bukan hanya sibuk, tapi dia tidak mau memasukkan satu unsur baru
yang bisa dikacaukan, jadi harus dikelola stafnya?
Iya, pernah ada satu orang di Jakarta yang membuat statement
sangat berbahaya yang menyatakan dia (Obama) seorang devoted moslem,
padahal orang ini tidak pernah bergaul dekat sama dia sewaktu kecil.
Jadi orang itu mengarang cerita?
Cuma kebetulan karena dia salah satu direktur BUMN
sehingga sempat menjadi berita juga.
Tidak perlu kita sebut namanya. Kalau Anda ingin
mengetahui namanya tanyakan langsung kepada Rully Dasaad. Itu sangat
tidak bertanggung jawab. Saya kira kalau seorang seperti Barack Obama
menjadi presiden di Amerika Serikat, kita tidak mengharapkan terlalu
banyak, tapi tidak rugi, menurut Anda?
Paling tidak kita bisa berharap dia bisa membantu
menjembatani dunia yang renggang ini, antara Timur Tengah, Asia, Amerika
agar bisa ada keharmonisan.
Persis, sebab perpecahan di dunia ini banyak sekali
diakibatkan leadership Amerika Serikat dalam delapan tahun
terakhir ini. Jadi kalau mereka mempunyai orang yang liberal yang bebas
maka itu bagus sekali.
Sangat bagus.
Apakah dirahasiakan atau tidak buku Anda itu?
Tidak. Bentuknya album foto, ada kata-katanya. Karena
itu eksekutif asistennya mengatakan ini sangat thoughtful.
Berapa banyak jumlah fotonya?
Ada empat, besar-besar seperti album.
Saya sangat mendukung orang-orang seperti Anda,
seperti Barack Obama, dan makin banyak orang mendapat berita positif
maka makin sedikit black campaign bisa masuk. Apakah kalau Anda
menjadi orang Amerika akan memilih Barack Obama?
Pasti, karena paham dia hampir sama seperti paham
Pancasila. Bedanya Pak Wimar sudah mengetahui sendiri. Pancasila itu
seharusnya juga lebih ditegakkan di bumi kita ini.
Apakah diantara sekian banyak teman-teman yang Anda
sekarang suka ketemu ada yang skeptis terhadap Barack Obama?
Kita rata-rata bangga karena dia bagian dari hidup
kita sewaktu kecil. Teman-teman dia itu kalau dihitung dari waktu
bersekolah di SD sudah 38 tahun, namun sampai sekarang kita masih
berkumpul seperti keluarga besar.
Itu agak aneh. Mengapa orang bisa reuni seperti itu?
Setahun kami tiga kali reuni, namun gara-gara Obama
sekarang menjadi 25 kali.
Oh, sebelum Obama sudah tiga kali setahun?
Selalu. Kita mempunyai persaudaraan sangat kuat
dengan teman-teman sewaktu di SD itu karena rumah kita berdekatan. Jadi
kita sejak kecil selalu sama-sama ketemu.
Berbicara soal rumah berdekatan, apakah ada yang
pernah datang ke rumah Obama?
Ada Sonny karena rumah dia di Dempo, dekat Taman Amir Hamzah. Dia
suka bertanya ke Sonny biasanya soal pekerjaan rumah yang dia tidak
mengerti. Kebetulan rumah Sonny dekat dengan Barry. Sonny itu keluarga
Gondokoesoemo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar